Kamis, 11 Desember 2008

Sosialisasi Rencana Pembentukan Model Desa Konservasi


YLI adalah NGO yang bergerak didalam pelestarian atau konservasi untuk kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Sumut. Berkaitan dengan Visi misi dari pada Yayasan beserta dengan dukungan dari donor maka dilakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan konservasi. Kali ini YLI mendapat dukungan dari donor Exxon mobil untuk membentuk rencana Model Desa Konservasi di Aras Napal Besitang.
Hari sabtu tanggal 6 Desember 2008 yang lalu dilakukan sosialisasi oleh masyarakat setempat, Desa yang dijadikan model adalah Desa Aras Napal kanan dan Aras napal kiri.
alhamdulillah sambutan masyarkat sangat baik dan kooperatif karena 2 desanya dijadikan sebagai model Desa Konservasi, pada acara tersebut dihadiri oleh pemuka masyarakat kedua desa tersebut, kepala desa dan Denrim. dan dari yayasan leuesr internasional dihadiri oleh Manager tata ruang.
Dari hasil sosialisasi kemaren diketahui adanya keinginan masyarakat membuat Ekowisata didaerah tersebut, pemikiran ini muncul karena tekad mereka untuk menjaga kawasan tersebut dan memberi kontribusi yang positif untuk seluruh masyarkat diluar desa mereka. niat dan pemikiran ini diutarakan oleh tokoh masyarakat dan kami sebagai fasilitator meneruskannya kepada BKSDA Sumut yang juga hadir pada acara tersebut, gayung bersambut dari BKSDA yang ternyata juga punya ide yang sama.
kalau dilihat dari potensi alamnya sangat mendukung karena desa mereka berbatasan dengan KEL (kawasan Ekosistem Leuser)dan TN (Taman Nasional) dan didesa mereka juga ada Unit patroli Gajah Yayasan Leuser internasional.
banyak juga permasalahan yang dimiliki oleh desa tersebut Sangat disayangkan lahan yang ada didesa mereka yang dibiarkan tak terurus bukan hak milik mereka tetapi hak milih orang lain yang tidak tinggal didesa tersebut. sehingga lahan yang luasnya besar-besar itu seperti lahan tidur, masih lebih baik lahan tidur yang bisa ditanami karena punya ketentuan hukumnya nah kalau ini adalah lahan kosong yang tidak dikelola oleh pemiliknya,mereka penduduk setempat tidak mempunyai lahan sendiri yang bisa dikelolala. permasalahan selanjutnya adalah jalan menuju keluar desa tersebut yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor khususnya sepeda motor sehingga menyusahkan mereka untuk menjual hasil bumi mereka, mereka berujar untuk membawa keluar hasil bumi mereka tidak akan bisa membawa untung karena transportasi yang digunakan mereka adalah boat yang sekali antar Rp. 130 ribu. Seperti halnya tanaman sawit mereka yang baru-baru ini anjlok nilai jualnya ditambah lagi dengan ongkos membawa keluar dari desa yang tidak menghasilkan untung malah rugi.

Tidak ada komentar: