Selasa, 09 Desember 2008

Satu jam mengapung disungai


Tanggal 6 desember 2008 kemarin aku turun kelapangan lagi bersama team tata ruang medan utnuk sosialisasi penerapan model Desa Konservasi. Setelah hampir 2 bulan aku beserta team tidak kelapangan pada hari sabtu kemarin aku turun kelapangan. Aras Napal besitang merupakan salah satu daerah disumatera utara yang termasuk kawasan Kawasan Ekosistem Leuser (NAD), disana juga ada Unit Patroli Gajah yang merupakan salah satu unit kegiatan yang dimiliki oleh Yayasan Leuser Internasional.

Perjalanan yang aku bilang tidak begitu melelahkan tetapi membuat capek (apa beda capek dengan lelah?), perjalanan dari medan kami tempuh sekitar 3 jam, tepat jam 10.00 kami sampai di tekong untuk siap-siap meyebrang ke tempat yang kami tuju UPG Aras Napal. Moment ini lah yang aku tunggu selama perjalanan, menyusuri sungai Tamiang selama satu jam perjalanan menggunakan perahu (boat motor). Inilah salah satu alat transportasi yang digunakan oleh penduduk setempat utuk keluar dan masuk dari desanya dan digunakan tarif sebesar 130000 sekali antar.

Sepanjang perjalanan satu jam dikiri kanan sungai terlihat hutan-hutan yang masih asli, dan terlihat olehku seekor ular sejenis phyton yang tak sempat kutangkap menggunakan kamera. Sesekali perahu yang kami tumpangi kandas dengan dasar sungai. Terpikir olehku bagaimana kalau perahu yang ditumpangi oleh sembilan orang ini dan termasuk aku didalamnya terbalik, kedua tanganku tak lepas memegan sisi perahu karena sempat terfifkir "anggi meskipun meninggal tenggelam itu syahid tapi sakit sekali" tapi lama-lama aku berfikir wah kalau gak nikmatin perjalanan ini aku gak akan dapet momen-momen yang pas untuk difoto dan akan tidak nyaman sepanjang perjalanan, toh pun mati bisa dimana saja ya kan? Allah selalu ada untuk kita.

Daerah ini pernah terkena banjir bandang pada tahun 2006 yang meluluh lantakkan seluruh desa, konon dulu air sungai ini sangat jernih dan ikanpun sangat banyak kalau dibilang (maaf) ketika kita BAB disungai ikan sudah menunggu setia dibawah kita untuk menyambutnya. Setelah banjir bandang itu yang meratakan seluruh desa termasuk kantor UPG air berubah menjadi keruh, sempat aku bertanya pada managerku seorang guru besar Unsyiah dan tenaga Ahli Bapeldada "apakah air ini bisa jadi jernih kembali pak?" kunci bersih atau tidaknya sungai ini adalah pohon-pohon yang ada dipinggiran sungai ini, air ini keruh bukan karena limbah tetapi erosi dari tanah-tanah yang berada pada pinggiran sungai, coba lihat saja dipinggiran sungai itu hampir sudah tidak ada lagi pohon-pohon. Karean banjir dua tahun silam yang meratakan semua yanga ada termasuk pohon-pohon yang juga tumbang karena hempasan gelondongan-gelondongan kayu besar dari atas. Tak terasa perjalanan berakhir kami sampai di UPG tepat jam 11.00.

Tidak ada komentar: