Kamis, 26 Februari 2009

Pernikahan Asimilasi

Pernikahan asimilasai yaitu pernikahan  lain budaya, misal batak dengan jawa, aceh dengan jawa. Percakapan ngalor ngidul tadi siang dikantor bermula dari pertanyaan pak zainal, kenapa orang yang berasal dari Daerah Pidie diaceh mempunyai jiwa pemberontak, setiap acara diperkumpulan aceh orang-orang yang berasal dari pidie lah yang biasa melakukan pemberontakan, berbagai macam argumen yang diriku dengar  termasuk seseorang yang berasal dari pidie mengatakan kalau karakter yang dimiliki orang pidie "sebenarnya juga dimiliki oleh semua orang aceh, orang pidie mempunya karakter seperti itu dikarenakan pola pikir dan lingkungan dahulu yang lebih kuat dari daerah manapun, jika daerah pidie mengatakan Aceh gerak semua akan bergerak dari situlah terkenal Aceh Gerak yang masih diingat sampai sekarang" (ah pikirku emang gitu semu kok orang Aceh ini, kecuali orang aceh yang sudah lama diperantauan).

"kalau orang Aceh (khususnya pidie) yang idealis dan sukuisnya sangat kental  menikah dengan orang sumatra Utara (batak) aku rasa bakal gak aman pernikahannya" kata teman kantorku seorang wanita yang masih melajang diumur 32 tahun, gerrr kontan semua pada tersenyum dan ketawa termasuk diriku. setelah aku ingat-ingat emang bener, family jauhku yang bermarga lubis (perempuan) menikah dengan orang Aceh aku lupa daerah mana, pernikahannya bubar meskipun tidak ada kata cerai dari pihak lelakinya.diiyakan lagi oleh temanku yang berasal dari palembang (rini) dia bercerita kalau temannya bermarga lubis  (perempuan) juga mengalami hal yang sama. Perempuan bermarga lubis dengan perempuan bermarga Siregar aku rasa beda-beda tipis perangainya (ini hanya pandanganku saja).

Laki-laki aceh yang sangat berperinsip kalau laki-laki adalah raja yang harus di ladenin sebaik mungkin, mereka mengatakan kalau didalam agama istri kudu nurut dengan suami. aku hanya bergidik mendengar obrolan ini meskipun banyak juga yang tidak suka dengan prinsip laki-laki aceh, dalam hatiku berkata memang bener istri kudu nurut sama suami aku sangat-sangat setuju, tapi liat dong ayat alquran yang lain dalam alquran toh juga dikatakan peran laki-laki dan perempuan saling melengakapi dan mempunyai hak . ok lah pekerjaan rumah tangga sudah kodrat cewek untuk menghandle, apakah suami tidak bisa membantu sedikitpun? Aku jadi teringat dengan keadaan satu keluarga di timur aceh, Seorang ibu yang harus mempersiapkan kopi  untuk suaminya dan memandikan anaknya sementara dia harus pergi kekebun sebelum jam 9 agar jam 11 bisa kembali pulang untuk kembali memasak, setelah itu ibu bersama  kedua anaknya yang masih balita dan batita menuju perkebunan mereka sementara si bapak masih santainya meminum kopi dirumah dan berjanji akan menyusul sebentar lagi. bener-bener dech kalau aku bilang, no comment kalau kata dessy ratna sari. Tapi aku salut sama ibu itu, itulah yang namanya menerima kekurangan suami apa adanya. bukankah keluarga harus bisa saling  berbagi dan mengerti? ah mudah-mudahan aku dijauhkan dari suami yang seperti itu. Hanya satu untuk ibu tu ,surga untuk ibu dalam hatiku.

Kembali lagi kepercakapan ngalor-ngidul tadi yang membuat aku tertawa dan yang lainnya juga. "Ketika perempuan aceh sudah menikah kebiasaanya adalah anak perempuan dan suaminya harus menetap di rumah orang tua perempuan (Pondok Indah Mertua dong... ^__^) sampai simertua meninggal, ini yang membuat laki-laki aceh semakin malas untukbekerja semua sudah di sediakan oleh perempuan dan mertuanya" kata wanita aceh teman kantorku. "kalau dalam adat batak yang kayak gitu pantang banget loh,kalau anak perempuannya banyak gimana?" "ya sama juga harus netap disitu"  emang bener sih aku juga pernah liat kedaan seperti itu, kalau yang orang kaya bakal ngasih tanah untuk menantunya,beuhh enak banget yak, siapa yang gak mau ngawinin anaknya. pantes aja ya ..cewek aceh laku-laku udah cakep kaya lagi biarpun mahal. "nah lo, kalau aku nanti dapat orang aceh berabe donk kalau belum punya rumah sendiri. kami gak bisa tinggal di rumah orang tuaku atau di rumah mertuaku kasian banget yak" "loh kenapa emangnya gie?" kata salah seorang temanku "Iyalah aku kan orang batak, pantangkan kalau masih tinggal dirumah orang tuaku dah gitu orang aceh laki-lakinyagak boleh tinggal dirumah lagi" karuan aja semua pada ketawa, "jadi orang batak cocoknya kawin sama orang mana?" " Ya sesama sukunya, kalaupun mau asimilasi pilihlah jangan padang dan Aceh" "kenapa?" " kalau aceh udah taukan yang tadi, kalau padang melarat kami nanti, Aku gak dapat warisan si udo pun tak dapat warisan. nah kalau perempuannya padang dan laki-lakinya batak barusejahtera"  tak ayal lagi semua tertawa dengar penuturanku.

Nikah-nikah.. Jodohhh-jodoh.. siapa yang tau tentang jodoh kita? hanya DIA lah yang tau Alloh SWT. Apapun sukunya kalau sudah soleh, takwa, beriman, bertanggung jawab dan Mau bekerja keras hana masalah... "kalau masalah wajah gimana gie...?" aku hanya ketawa nyengir " tidak dipungkiri pastilah sueneng kalau dapat yang cakep tapi apa jaminan aku bahagia, nyadar donk gie loe kan gak cakep"

Tidak ada komentar: